Catatan perjalanan dalam Facebook bertarikh 26 November 2012.
Balinese women in formal Balinese dress carries sacred temple offerings in a procession during a temple ceremony in Pura Tirtha Empul, Tampaksiring, November 26, 2012.
My story : Gray clouds hanging on the sky that afternoon. A few minutes later the first rain drops started falling. My trip to Pura Tirtha Empul that day was in the very same mood and theme with the temple itself: water everywhere.
Selamat tinggal Batur...dan kami menuruni bukit menuju ke Tegallalang. Sebelum itu singgah sebentar untuk mendapatkan Kopi Luwak.....berburu Luwak sampai ke Kintamani. Nak tahu pasal Kopi Luwak...rajin-rajin google. Hasilnya 2 packets 150 grams dengan harga Rp300,000 setiap satu ...menjadikan ia kopi termahal di dunia..the primadonna of coffee. Kalau tengok gaya pembuatannya taklah diproses di kilang berteknologi tinggi. Tak caya..biji kopi ditumbuk pun pakai lesung kayu.
Habis shopping kopi Luwak...terus bergerak ke Pura Tirtha Empul, Tampaksiring. Entrance fees dalam Rp15,000 seorang. Apa yang menarik...kebetulan waktu sampai terdapat upacara pemujaan...bolehlah layan walaupun hujan mulai turun dengan lebatnya.
Di sini yang menariknya terdapat air mata yang menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali dapat menyucikan diri.
Terdapat 13 air mata yang mana terlibat dalam penyucian diri dan mereka perlu mandi dari air mata pertama sehingga yang terakhir. Itulah yang diberitahu oleh orang tempatan di situ. Akibat hujan yang semangkin lebat terpaksalah bergegas untuk bergerak ke lokasi seterusnya.
No comments:
Post a Comment